Hejocokor

Ujung Kulon : Pesona Tropis di Ujung Barat Pulau Jawa

Perjalanan dengan menggunakan perahu PS ini pun begitu menyenangkan, suguhan pemandangan pulau-pulau kecil dengan hamparan pasir putihnya di sepanjang taman nasional ujungkulon telah memberikan warna bagi kami sang pecinta laut.
 
Taman Nasional Ujungkulon (TNUK) merupakan kawasan taman nasional (KTN) dengan luas 120.551 hektar. Selain konservasi flora dan satwa di daratan yang luasnya mencapai 76.214 hektar (63,22 persen luas seluruh KTN), Ujung Kulon juga merupakan daerah konservasi laut yang luasnya mencapai 44.337 hektar.
 
Ujung Kulon dinyatakan sebagai kawasan yang dilindungi sejak tahun 1921 dan dinyatakan sebagai daerah tertutup. Pada tahun 1992, KTN Ujung Kulon ditetapkan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai Situs Alam Warisan Dunia (Natural World Heritage Site) karena memiliki banyak keanekaragaman hayati.
 
Tepat pukul 06:00 pagi, kami berempat berangkat dari dermaga Pulau Umang menuju pulau peucang yang terkenal dengan keindahan hamparan pasir putih dan keanekaragaman bawah lautnya.
 
Mendengar penuturan dari guide lokal yang mengantar perjalanan, kamipun tertarik untuk melihat dan mengikuti jejak binatang langka dunia ini, ya badak jawa bercula satu.
Kurang lebih satu jam perjalanan, barisan rusa di dermaga pulau handeuleum seakan menyambut kedatangan kami. Wah kamipun terkagum kagum, dengan keindahan alam dan kicauan burung - sepanjang jalan menuju kantor balai konservasi pulau handeuleum untuk proses registrasi.
 
Kegiatan yang cukup menantang andrenalin adalah cannoing menggunakan perahu tradisional (jukung), cukup dengan Rp. 50.000/orang; kamipun di drop dari pulau handeuleum di kawasan Cigenter.
 
Tak pernah terbayangkan, menyusuri sungai yang tenang dengan suguhan alam yang begitu asri dengan nuansa hutan yang begitu kental. Suasana begitu hening yang terdengar hanya kicauan burung dan hembusan angin yang menyentuh dedaunan disepanjang sungai. Sayang selama perjalanan menyisir sungai, kami belum beruntung melihat Badak, cukup sulit memang mengingat jumlah nya yang tersisa hanya sekitar 50 ekor namun cukup terobati dengan melihat jejak kaki badak yang masih tersisa di pinggir sungai. 
Pamandu kami berteriak sambil menunjuk ke arah pohon, dengan santainya seekor ular sanca yang bertengger di batang pohon palem, seakan mengawasi kami.
 
Selama kurang lebih 2 jam cannoing sepanjang sungai Cigenter, kami menyempatkan mampir ke padang pengembalaan Banteng. Disana nampak rombongan banteng sedang berjemur, pengalaman yang tak ternilai bagi kami dapat menikmati kehidupan alam liar.
 
Puas menikmati pemandangan dengan kano, perjalananpun kami lanjutkan menuju pulau peucang.
1.5 jam waktu yang cukup untuk beristirahat di perahu, tak kalah hangat dengan sambutan di pulau handeuleum, sesampai di pulau peucang kamipun disambut dengan barisan monyet, rusa, burung merak dan babi hutan. Hamparan pasir putih dan birunya pantai seakan menggoda dan mengajak kami bermain.
 
Kenyang dengan santapan makan siang, pemadu kami mengajak untuk trecking ke dalam hutan pulau peucang. Rusa yang berlari-lari kecil, dibalik pohon-pohon raksasa yang berusia ratusan tahun seakan mengingatkan saya ke film Robinhood. Tak terasa 30 menit berlalu, kamipun sudah sampai kembali ke dermaga Pulau Peucang.
 
Yihaaaa... saatnya snorkling, pemandu kami  mejelaskan bahwa sekitar 10 menit menggunakan boat dari dermaga, adalah titik terbaik untuk snorkling. Dan amazing, ragam jenis ikan dan koral bak surga bagi pecinta laut.
 
Berfoto selama perjalanan adalah hal utama bagi kami. Moment-moment inilah yang akan menjadi sejarah bagi anak cucu kami.
 
Menikmati soft drink, makanan ringan dan mie instan selepas aktifitas adalah hal paling menyenangkan ditengah kelelahan di atas perahu.
 
Tepat pukul 05:00 sore kami berempat telah sampai di dermaga umang, canda dan tawa antara kami, pemandu dan abk seakan melupakan 2.5 jam perjalanan dari pulau peucang.