Hejocokor

Pre Voyage - Approved

Jakarta - Dinginnya air meresap ke setiap pori, kesegaran menjalar kesetiap bagian tubuh. Seminggu lebih absen berenang. Pagi ini, ditemani panas yang cukup menyengat, jadi bagian  “penyehatan dan penghitaman” kulit.

Tiba-tiba saja terbayangkan suasana haru kemarin.

Pagi itu, Pukul 04:00 dini hari, Aubert membangunkan kami, saya , Enrique dan Jeffry yang tertidur lelap di kamar 219 Borneo Hostel.

Suara cekingnya memaksa saya untuk mem “pause” mimpi namun terimakasih tuhan karena pagi ini, kami harus berangkat pagi sekali untuk menuju gedung peradilan yang akan menentukan apakah kami berhak untuk menikmati udara Amerika atau Tidak!

Tepat pukul 05:00, kami berangkat dan sesaat kemudian langkah kami terhenti saat petugas berpakaian seragam pengaman menanyakan arah jalan kami…

“US Embassy, sir, For Visa”

“This way please”

Antriannya sudah cukup panjang ternyata….

Pagi itu, kami berpakaian rapi, kemeja, dasi dan celana bahan. Pakaian terbaik untuk menunjukkan bahwa kami serius dan sangat serius untuk mendapatkan ‘ijin’ menginjakkan kaki ini di tanah Paman Sam.

Hujan, tidak mematahkan semangat kami untuk terus antri. Oh Tuhan..Berikanlah yang terbaik untuk kami semua.

Dua dari depan antrian, Enrique. Sibuk merapihkan dan menyelamatkan setelan jas nya dari rintikan hujan.. ah bapak satu ini, paling rapi diantara kami.

“Mohon perhatian, tolong disiapkan lembaran interview appointment dan passport….”

Suara petugas itu, mengisyaratkan bahwa proses wawancara visa akan segera di mulai.

Bismillah, Man Jadda Wajada.

Barang siapa yang bersungguh-sungguh, maka akan memetik keberhasilan.

Pengecekan dan sensor sangat ketat. Hanya dokumen yang bisa dibawa masuk, Ketegangan mulai terpancar dari semua raut para clerky, saat proses wawancara dimulai.

Membayangkan apakah akan mendapatkan kertas putih, kuning atau merah.

Saya sendiri sangat khawatir dengan nama “ Henry Bin Uyu Hidayat” Bin yang diidentikkan dengan osama Bin Ladden, seseorang yang sempat menjadi buronan no.1 di Amerika.

Dan stempel berbahasa arab di passpelabuhan lama saat saya berkunjung ke tanah Arab Saudi.

Reza, yang sempat khawatir dengan nama depannya “Muhammad”, Arnan, yang juga sempat khawatir karena dipassport ada notifikasi “reject” untuk visa Switzerland.

Kami memperhatikan, setiap orang yang sedang proses wawancara…

Ada yang tersenyum bahagia, karena mendapat kertas putih, ada juga yang sedikit kecewa karena mendapat kertas kuning aka pending, bahkan gadis cantik yang akan study di US ini harus mengeluarkan kata “shit” saat kertas merah aka reject terpaksa dia terima.

Ya tuhan, lancarkan dan berikan kemudahan bagi kami semua yang akan berkarya di belahan dunia.

Ketegangan itu mulai meredup saat Jefrry cerky pertama yang mendapat kertas putih. Dilanjut Enrique, Aubert ( yang sempat tertahan lama saat wawancara), Arnan, Albert, Reza dan saya mendapat kertas putih.

“we are approved”

Pelukan dan ucapan selamat seakan menjadi momen terindah dari awal perjalanan kami menuju tanah yang menjadi impian kami.

Air mata ini, yang sempat tertahan akhirnya terhapus tissue tipis.

Kami bahagia…Terimakasih Tuhan.

Perjalanan dilanjutkan menuju Menara Pertama.

MONAS.

Bergandengan tangan, sebagai wujud bahwa kami berkumpul dimenara yang menjadi kebanggan Indonesia dan siap untuk menaklukan menara-menara berikutnya yang akan kami kunjungi.